Monday, December 5, 2011

Sate Rasa Shampoo


Selama seminggu terakhir ini-tapi maksud saya bukan selama seminggu terakhir hidup saya- saya, lebih khususnya mata saya yang kiri dan kanan jadi sering melihat pemandangan perdagangan makhluk hidup, padahal di iklan-iklan juga sering disebutkan kalau perdagangan makhluk hidup itu tidak diperbolehkan, bagi yang melihat, mengetahui dan mengalami harap lapor, dan bagi saya yang melihat dan mengetahui tapi tidak mengalami, sudah sepatutnya saya melaporkan hal tsb kepada pihak yang berwenang, adinya saya mau lapor ke RT setempat, tapi sayang saya tidak tahu RT nya siapa, saya search d FB juga ga ketemu, padahal tadinya saya mau add. Maka karena saya sudah mencoba untuk menjadi warga Negara yang baik dan tidak berhasil, maka saya biarkan saja operasi perdagangan itu, toh banyak yang berminat juga.
Saya sering marasa miris kalau melintasi tempat perdagangan tsb yang mendadak jadi banyak itu, mereka diikat, tidak diberi baju dan cuma diberi minum air putih dari ember dan dikasih rumput saja. dasar manusia tidak bertanggung janab… tanggung jawab maksudnya.
Tapi teman saya yang ikut menyaksikan hal tsb juga merasa perdagangan itu legal. bahkan ada seorang ulama dekat rumah saya juga ikut terlibat dalam perdagangan itu, dan dengar dari desas-desus kalau mereka dibeli untuk dijagal dan dimutilasi, astagfirullah…
Dan seperti mengikuti jejak westerling, maka hari pembantaian akan dilakukan serempak diseluruh dunia selama 3 hari. itu berarti akan menjadi 3 hari penuh darah diseluruh dunia.
Hhahahahahaha…..
Anda sudah tahu apa yang saya bicarakan yang begitu sangat tidak jelas dan ngawur tadi?? hari ini memang hari idul adha. maka dari itu hari ini adalah hari berdarah sedunia. makhluk vegetarian dari yang punya empat kaki sampai punya empat kaki, dari yang berbulu sampai yang rontok, dari yang bertanduk dan tidak seberuntung yang punya tanduk akan dibantai pada hari ini. tapi ketahuilah wahai makhluk vegetarian yang saya sebutkan tadi diatas, hanya makhluk-makhluk yang beruntung dan terpilihlah yang nantinya akan dibantai pada hari yang sama dengan kerabat-kerabat dekatnya.
Kalau pagi-pagi ibu-ibu terlihat sangat anggun dan elegan melenggang ke masjid, tapi kalau makin siang ibu-ibu ternyata makin garang, apalagi hari di hari pembantaian ini, ibu-ibu semakin menggila mendatangi tempat pembagian daging hewan kurban. tapi tanpa menggilapun sebenarnya akan kebagian juga, walaupun memang yang didapetnya pun lebih sedikit.
Dari hasil daging hewan kurban yang kelurga saya peroleh, saya berangan-angan kalau sebagian dagingnya di sate, karena saya juga tidak mau kalah, saya juga ingin ikut berpartisipasi menyumbangkan bau sate yang sepanjang hari saya cium, pergi ke utara, bau sate, ke selatan juga bau sate, ke timur masih bau sate, ke baratpun lagi-lagi bau sate. bagaimana saya tidak ngiler mencium bau sate itu?
Maka dari itu dari siang saya dan Teh Ai sudah menyiapkan segala hal yang diperlukan buat bikin sate, mulai dari nusuk-nusuk itu daging, beli areng, beli tusukan sate, eli bumbu pecel, eh tapi jangan salah sangka dulu, sayah bukan mau bikin pecel, tapi mau bikin sate, tapi bumbunyapake bumbu pecel sesuai dengan tips yang diberikan ibu warung yang mana menjual itu bumbu. sate dan bumbunya udah siap tapi panggangannya belum dapet, dikarenakan panggangan dirumah saya sudah tidak memenuhi Standard Operasional Pemanggangan Sate Nasional (SOPSN), maka saya pinjam saja ketetangga yang sebelumnya sudah saya ketahui kalau mereka juga membakar sate. maka tak ada alasanlah bagi mereka untuk tidak memberikan pinjaman panggangan.
Acara pembakaran daging-daging hasil pembantaian dan mutilasi itupun dimulai jam sembilan malam, karena harus menunggu A Fian pulang, lokasi pembakarannya pun sengaja di teras atas, biar semua tetangga yang dari kemarin buat saya ngiler, nyium bau satenya, biar mereka yang sekarang gantian pengen ngebakar lagi sate.
Setelah sekitar setengah jam, semua satenya udah matang, masing-masing dapat bagian sepuluh tusuk, maka satepun cepat diamankan. lalu si piring penuh sate yang belum dibagi-bagi sesuai porsi itu saya simpan diatas meja makan. Sedang saya dan yang lain sedang mengambil nasi, A  Dadang dengan polosnya dan tanpa dikomando langsung menumpahkan cairan kental warna hitam ke atas satenya.
“Kecapan heula nya satenya… hheeehheeehheee……..” sambil memutar-mutar botol khas tukang sate, itu kalau di translate ke bahasa Indonesia jadi “kecapin dulu ya satenya….”
 “Eeehhh!!!! naha geuning kabuka tutupna!!!!”
(eeeeeh!!! ternyata kebuka tutupnya!!!”
Naha ari  Dadang kunaon?”
( Dadang itu kenapa?)
“Ih sugan teh teu ngabuka tutupna.”
(ih kirain enggak kebuka tutupnya). ya kurang lebih, begitulah transletannya.
Lalu saya menoleh kearah A  Dadang yang sedang memegang itu botol yang dia anggap kecap. Saya pikir itu cairan warna hitam memang benar-benar kecap, tapi kok ada yang aneh ya? saya baru tahu kalau perusahaan kecap sekarang sudah mengganti kemasan kecap. dan saya juga baru tahu kalau dikemasan botol kecap sekarang ada model wanitanya yang sedang tersenyum lebar sambil memamerkan rambutnya.
“oh nu tadi teh shampoo?” itu tanya saya shocked. itu artinya  “oh, yang tadi itu shampoo?”
naha ari  Dadang kunaon atuh sate make jeung di shampooan?” kalau yang ini transletannya “ Dadang kenapa satenya malah dikasih shampoo?”
“kunaon kitu?” itu A Fian yang baru dateng langsung tanya, yang ini “kenapa gitu?”
“eta geura sate make jeung di shampoan.” kalau yang ini “itu masa sate dikasih shampoo segala.”
Sadar kalau kecap-kecapan itu adalah shampoo, maka saya langsung dekati itu sate, dan saya baru tahu kalau kecap sekarang baunya baerubah.
Lalu saya ambil satu tusuk itu sate, dan saya juga baru tahu kalu rasa kecap sekarang berubah jadi aneh.
Aa-nya Teh Ai dan Teh Ai langsung muntah pas nyobain itu sate walaupun itu sate udah dicuci, dibakar lagi, direndem lagi, trus digoreng lagi.
Kalau saya dan A Fian cuma nyengir-nyengir nahan rasa sate kolaborasi shampoo sambil nahah ketawa nginget betapa polosnya wahai kakak ku tercinta.
Tapi mungkin A Dadang memang sengaja mencampurkan itu shampoo yang mirip kecap ke satenya, biar itu daging jadi tidak bau.
Sebenarnya saya marah, karena berarti tahun ini tidak sate pas lebaran, tapi apa daya, kakak ku yang polos itu telah melakukannya.
Dan pada akhirnya, sebagian daging hasil pembantaian dan mutilasi yang lalu kami bakar penuh dengan perjuangan, kami siapkan penuh dengan pengharapan berakhir di TPA.




No comments:

Post a Comment